Dalam
memperingati World Cancer Day 2022, pada Minggu, 20 Februari 2022 pukul
10.00-12.00 WIB, Inspirasien, platform
penunjang kesehatan pasien, berkolaborasi dengan Yayasan Sahabat Hati
Indonesia, Komunitas Pita Tosca Indonesia, PT Eisai Indonesia, dan Harian
Disway, mengadakan webinar 'From Heart to
Heart: Dukungan untuk Pejuang Kanker Hati dan Kanker Tiroid'. Acara ini
turut mengundang narasumber terbaik dibidangnya, yaitu :
- Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD-KGEH, FINASIM yang membahas
“Mengenal Kanker Hati Lebih Dekat”.
- dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN(K),
M.Kes., FANMB yang membahas “Mengenal Seputar Kanker Tiroid”.
Acara
yang dimoderatori oleh dr. Ayu Diandra Sari, M.M., M.Gz., Sp.GK. ini turut
menghadirkan Guest Star, antara lain:
- Bapak Dahlan Iskan (Founder Harian Disway & Pelaku Ganti Hati)
- Thalita Latief (Artist &
Influencer, Pejuang Kanker Tiroid)
Dahlan Iskan, yang juga sebagai Founder Harian
Disway berkesempatan untuk menceritakan kisah hidupnya selama menderita kanker
hati. Bertahun-tahun, Pak dahlan tidak merasakan keluhan apapun, tidak ada
demam, tidak merasakan lemas atau keluhan aneh lainnya yang menyebabkan beliau
terlambat dalam mengetahui penyakitnya.
Dimasa lalu, beliau sempat mengalami demam
tinggi dan muntah darah dalam volume yang cukup banyak. Setelah diusut,
diketahui bahwa perdarahan tersebut muncul akibat varises kerongkongan sebagai
akibat komplikasi dari penyakit hati yang dideritanya tanpa beliau sadari.
Saat memeriksakan diri kedokter Bapak Dahlan
Iskan didiagnosis menderita hepatitis B kronis dengan sirosis hati, dimana
ternyata sudah mulai muncul benjolan di organ hati yang kemudian diketahui
merupakan sel-sel kanker. Alangkah terkejutnya beliau saat di vonis usianya
tanggal 6 bulan dan tidak ada pengobatan lain, kecuali transplantasi hati. Hal
ini diceritakan oleh beliau sambal tersenyum, “itu 17 tahun yang lalu dan
sekarang saya sudah 70 tahun.”
Menurut
paparan dari Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD-KGEH, FINASIM yang juga
merupakan Ketua dan Founder dari Yayasan Sahabat Hati Indonesia, penyakit hati
di Indonesia termasuk permasalahan masyarakat yang besar. Beberapa penyakit
hati termasuk dalam penyakit katastropik pada BPJS sehingga memerlukan
pembiayaan kesehatan yang besar. Sementara itu kesadaran masyarakat tentang
penyakit hati masih rendah sehingga pasien dengan penyakit hati yang datang
berobat di pusat kesehatan sudah dalam keadaan lanjut. Saat ini masih sangat
sedikit organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada penyakit hati di
masyarakat. Sehingga dirasakan perlu untuk mendirikan sebuah lembaga masyarakat
(NGO) yang akan bekerja berorientasi pada penyakit hati di masyarakat. Hal
tersebut tertuang dalam visi-misi Yayasan Sahabat Hati Indonesia yang berperan
aktif dalam pendampingan pejuang kanker hati.
Prof
Rino juga berupaya mengedukasi bahwa pada kenyataannya 80 persen lebih kasus
hepatitis tidak bergejala seperti
yang pak Dahlan Iskan rasakan, sehingga seringkali pasien
datang dalam kondisi yang sudah terlambat. Sebaiknya, individu yang merasa
pernah terinfeksi oleh virus hepatitis B dan C tentu harus secara berkala,
biasanya 6 bulan atau 1 tahun sekali melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan
awal pun cukup mudah, yakni dengan tes SGOT dan SGPT (indikator sensitif dari
kerusakan hati). "Walaupun banyak orang yang merasa bahwa ia sehat, belum
tentu sebetulnya kondisi hatinya baik-baik saja. Ada baiknya kita memeriksakan
kesehatan hati kita secara berkala," begitu penjelasan Prof Rino yang juga
menjadi salah satu penasihat dalam Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia.
Menurut
data Globocan pada tahun 2020, penderita kanker hati di Indonesia pada tahun
2020 mencapai 21.392 kasus dengan kematian sebanyak 20.920 kasus. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) juga menyebutkan jika kanker hati
termasuk penyebab kematian tertinggi bagi penduduk Indonesia. Hal ini terjadi
karena seringkali pasien sudah datang saat sudah stadium lanjut atau saat
kondisi sudah berat. Padahal kemungkinan kanker hati untuk sembuh bisa lebih
besar jika dapat terdeteksi dan ditangani lebih awal.
Selain Dahlan Iskan, dalam acara tersebut turut
hadir juga artis sekaligus influencer Talitha Latief untuk
berbagi cerita sebagai pejuang kanker tiroid. Pada awalnya,
Talitha tidak
merasakan
sakit atau gejala apa pun. Hanya, dia menemukan adanya keanehan dengan leher sebelah
kanannya. “Saya sama kayak Pak Dahlan. Telat tahu kalau kena kanker,” ujar
perempuan keturunan Slovakia, Pakistan, Jerman, dan Minangkabau, Sumatra Barat
itu.
Di
awal 2019 dia merasakan ada benjolan di lehernya. Namun,
tidak ada tindakan apapun yang dilakukannya sampai setahun
karena dia merasa tidak ada masalah kesehatan apapun yang dirasakan. Setelah setahun benjolan tidak
hilang,
Thalita pun mulai mengajak ibunya untuk periksa ke dokter spesialis penyakit dalam.
Dokter memintanya ke bagian radiologi. Setelah hasil keluar, dia dirujuk ke bagian
onkologi. Ada perasaan tidak
nyaman saat itu di dirinyakarena dia cukup familiar dengan
istilah onkologi dimana saudaranya memiliki riwayat kanker. Setelah memeriksakan diri ke bagian onkologi, ternyata ditemukan sel kanker di kelenjar tiroid. Kakinya langsung lemas. Tak pernah
dibayangkan bahwa sel kanker itu sudah tumbuh 1,2 centimeter. ”Saya menangis
tidak tahu harus bagaimana,” ujar perempuan kelahiran 6 Desember 1988 itu.
Dokter
harus melakukan operasi. Thalita sangat khawatir. Sebab kelenjar tiroidnya sangat dekat dengan pita
suara. Sebagai aktris dan MC, suara sangat penting baginya. Namun semua rasa takut
itu bisa dilawan demi sang buah hati. ”Anak saya masih kecil masih enam tahun.
Itulah kekuatan saya. Kanker bukanlah akhir,” ujarnya dengan tegar. Setelah sembuh dia memetik
banyak sekali hikmah dibalik kanker itu. Dia merasa kisah hidupnya bisa berguna
bagi para penderita kanker. Yang mulanya penakut, kini jadi pemberani. ”Saya
ini bangga. Bukan karena kankernya. Tapi bangga jadi pejuang,” sebut Thalita.
Menurut dokter Alvita Dewi Siswoyo, deteksi
kanker tiroid sebenarnya tidak terlalu sulit dibandingkan dengan deteksi kanker
hati. Dia meminta peserta webinar mengecek bagian
lehernya. “Kalau ada benjolan, segera periksa ke dokter untuk deteksi dini,”
ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran itu.
Jumlah kasus pada kanker
tiroid terjadi 13.114 kasus, dengan kasus kematian yang lebih rendah yaitu
2.224 kasus. Hal ini sesuai dengan paparan materi dari dr. Alvita Dewi Siswoyo,
Sp.KN(K), M.Kes., FANMB, yang menyebutkan bahwa kanker tiroid perlu perhatian
penuh dan kolaborasi positif dari banyak stakeholder terkait yaitu pasien, caregiver, tenaga profesional medis,
komunitas pasien, dan lembaga, agar penderita gangguan tiroid, atau disebut
pejuang tiroid dapat melakukan langkah-langkah preventif maupun pengobatan yang
sesuai dengan gangguan yang dideritanya. Melalui deteksi dini
#PeriksaLeherAnda, dr. Alvita berharap angka kejadian kanker tiroid dengan
kategori risiko tinggi dapat dicegah.
Sejalan
dengan hal tersebut, Pita Tosca Indonesia, Komunitas Pejuang Tiroid Indonesia,
yang telah dikukuhkan sebagai komunitas pasien yang berdiri sejak 26 Oktober
2014, selalu berusaha berperan aktif untuk memberikan informasi-informasi
seputar pemahaman gangguan tiroid, khususnya kanker tiroid. Pita Tosca
Indonesia sangat mengedepankan program deteksi dini #PeriksaLeherAnda agar
semakin banyak skrining gangguan tiroid yang dilakukan sebagai upaya pencegahan
kanker tiroid dengan kategori risiko tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Ketua dan
Founder dari Komunitas Pita Tosca Indonesia, Astriani Dwi Aryaningtyas, S.Psi.,
M.A. dan juga dewan penasihat dr. Siti Sundari Manoppo, perlu sekali adanya
kolaborasi antar Lembaga terkait untuk mewujudkan kondisi para pejuang kanker
ini agar tetap #TenangJadiPasien dan mendapatkan pendampingan yang baik.
Sejalan
dengan hal tersebut, Pita Tosca Indonesia, Komunitas Pejuang Tiroid Indonesia,
yang telah dikukuhkan sebagai komunitas pasien yang berdiri sejak 26 Oktober
2014, selalu berusaha berperan aktif untuk memberikan informasi-informasi
seputar pemahaman gangguan tiroid, khususnya kanker tiroid. Pita Tosca
Indonesia sangat mengedepankan program deteksi dini #PeriksaLeherAnda agar
semakin banyak skrining gangguan tiroid yang dilakukan sebagai upaya pencegahan
kanker tiroid dengan kategori risiko tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Ketua dan
Founder dari Komunitas Pita Tosca Indonesia, Astriani Dwi Aryaningtyas, S.Psi.,
M.A. dan juga dewan penasihat dr. Siti Sundari Manoppo, perlu sekali adanya
kolaborasi antar Lembaga terkait untuk mewujudkan kondisi para pejuang kanker
ini agar tetap #TenangJadiPasien dan mendapatkan pendampingan yang baik.
Acara
yang dimoderatori oleh dr. Ayu Diandra Sari, Sp.GK., M.M., M.Gz. ini terbilang
sukses dan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat, khususnya pemerhati
kanker. Betapa tidak, jumlah peserta yang hadir dengan total lebih dari 400
orang peserta ini masing-masing akan berperan aktif untuk menyuarakan
pentingnya deteksi dini pada kanker dan menjaga pola hidup yang sehat. Acara
edukasi awam From Heart to Heart sangat mengena di hati peserta, dr. Ayu Diandra
juga menyimpulkan bahwa “Kalau tubuh kita sudah mengirimkan alarm gejala,
segera periksa dan jangan abai”. Maka
dari itu, PTEisai Indonesia Bersama dengan stakeholder yang lain akan
selalu support dan memberikan dukungan pada penanggulangan kanker di Indonesia
melalui peningkatan awareness masyarakat pada kanker dan meningkatkan
deteksi dini kanker itu sendiri. Semoga acara ini membawa
makna mendalam tentang pentingnya kesehatan dan #CloseTheCareGap agar
kolaborasi di bidang kesehatan dapat optimal untuk mendukung seluruh pasien
kanker yang sedang berjuang mencapai kesehatannya