Assalamualaikum Mams...
Apa kabar para Orangtua yang baru saja melepas anaknya untuk belajar di pesantren?
Masih enggak bisa tidurkah ?
Masih sering nangis sendiri kalau lihat barang-barang milik anak ?
Atau malah enggak bisa makan makanan favorit anak kita ?
Masih enggak bisa tidurkah ?
Masih sering nangis sendiri kalau lihat barang-barang milik anak ?
Atau malah enggak bisa makan makanan favorit anak kita ?
Wajar koq Mams..Itu juga yang saya rasakan 2 tahun yang lalu, saat si Abang Ali, anak ke2 saya mulai belajar di pesantren, berarti sekarang sudah tidak mewek-mewek lagi donk? hehehe.. sama sih, hanya saja saat ini rasanya lain, pun kadar "pikiran negatif" tentang bagaimana si anak bisa bertahan hidup di pesantren juga sudah mulai berkurang.
Hari pertama saat baru pulang dari mengantarkan anak untuk tinggal di pesantren memang hari yang sangat berat yah.. banyaaaak sekali pikiran tidak nyaman yang mengikuti kita, ini yang saya rasakan.
Bagaimana kalau Ali tidak bisa makan makanan pondok?
Bagaimana kalau ada anak-anak nakal yang membully anakku?
Bagaimana dia membereskan pakainnya? dan masih banyak pikiran buruk lainnya.
Bagaimana kalau Ali tidak bisa makan makanan pondok?
Bagaimana kalau ada anak-anak nakal yang membully anakku?
Bagaimana dia membereskan pakainnya? dan masih banyak pikiran buruk lainnya.
Ini foto pas Ali pertama kali dianter kepondok Mams... |
Tapi setelah saya runut-runut kenapa begitu banyak pikiran buruk dan prasangka tentang pesantren yang akan ditinggali, sebenarnya muncul dari diri kita sendiri, yang benar adalah ; kita tidak siap berpisah dengan anak kita, kita terlalu egoisdan berpikir kalau anak adalah milik kita dan harusnya seperti barang lain milik kita yang harusnya ada selalu dekat dengan kita.
Jadi.. bukan bermaksud menggurui, tapi hanya sedikit berbagi pengalaman tentang bagaimana caranya agar kita bisa ikhlas melepaskan anak untuk bisa belajar di pesantren, saya punya beberapa tips yang semoga berguna buat Mams, ini juga meliputi persiapanya yah..
1. Pilih pesantren tempat anak kita belajar dengan cermat.
Saat memutuskan anak ingin belajar di pesantren, sebaiknya Mams dan Suami survey beberapa pesantren yang akan dipilih, buat list mana saja pesantren yang cocok dengan anak kita, ini bisa jadi pertimbangan :
- Metode pengajaran/ kurikulum
- Guru-gurnya/ Ustad-Ustadzahnya
- Fasilitas
- Jarak dari tempat kita tinggal
Jangan berbekal menitipkan anak di pesantren hanya dengan "katanya", datang dan lihat sendiri bagaimana kondisi pesantren itu sendiri.
Kalau saya pribadi masalah fasilitas pesantren tidaklah terlalu menjadi pertimbangan, toh.. anak kita lama-lama akan terbiasa dengan segala fasilitas yang terbatas di pondok dan memang bukannya tujuan utama kita menitipkan anak di pondok pesantren adalah agar anak menjadi pribadi yang kuat dikondisi apapun?
Kalau saya pribadi masalah fasilitas pesantren tidaklah terlalu menjadi pertimbangan, toh.. anak kita lama-lama akan terbiasa dengan segala fasilitas yang terbatas di pondok dan memang bukannya tujuan utama kita menitipkan anak di pondok pesantren adalah agar anak menjadi pribadi yang kuat dikondisi apapun?
Tapi bila ada Orangtua yang menginginkan untuk memilih pesantren dengan fasilitas yang lengkap pun juga bukan hal yang salah, tanyakan dengan jelas bagaimana makanan disana, urusan cuci baju seperti apa, juga apa saja kebijakan pesantren yang harus kita tahu.
2. Bulatkan tekad kalau kita ingin anak kita mengerti ilmu agama
Ini yang paling penting, orangtua yang pulang dari nganter anak ke pesantren dan terus nangis-nangis itu berarti tidak bulat donk tekadnya? tidak juga, hanya saja memang kembali seperti saya tulis diatas kita tidak terbiasa berpisah jauh dari anak kita, jadi wajar kalau seperti itu.
Bagaimana kalau tangisan kita sedikit demi sedikit dialihkan ke lebih banyak do'a untuk anak kita? kalau saya biasanya akan membacakan do'a khusus buat hati si anak agar lebih tenang dan manfaat ilmunya selama tinggal di pesantren, bukankah do'a dari orang yang teraniaya itu akan segera dikabulkan, dan kita adalah orang yang teraniaya dengan kerinduan kita sendiri, bisaaa aja ...
Atau bila kita sudah sangat sedih dan rindu dengan anak kita, bagaimana kalau kita membayangkan betapa banyak orang-orang besar dan alim yang memang dimasa mudanya harus menempuh ilmu dengan jauh dari Orangtuanya, dan kita harus yakin kalau pesantren akan menempa anak kita sehingga menjadi seperti mereka.
3. Jangan terlalu sering mengunjungi anak di pesantren
Ini yang berat.. bener enggak? kalau saya terus terang iya ..
Saya pernah mikir saat Ali baru-baru masuk pesantren, ini anakku, darah dagingku sendiri, kenapa untuk bertemu saja koq yah sulit sekali ?
Saya yakin hampir semua Ustadz-Ustadzah di pesantren pasti sering sekali mengingatkan agar kita para Orangtua ini tidak sering-sering mengunjungi anak di pondok, bahkan mereka mengistilahkan kalau kunjungan kita seperti gula buat anak-anak, manis dan menyenangkan, tapi kalau keseringan jadi berlebihan, dan artinya tidak baik buat si anak.
4. Siapkan selalu Do'a dan Doku
Ada 3 unsur penting dalam hal mencari ilmu agama, yaitu :
- Guru,
- Murid
- Orangtua.
Tapi perlu diingat yah.. bawaan untuk anak kita dipesantren jangan terlalu berlebihan, perlu diingat Mams, anak yang tinggal dipesantren biasanya memiliki latar belakang kemampuan ekonomi keluarga yang beragam, jadi daripada timbul kesenjangan gara-gara bawaan anak kita yang berlebihan, jadi sebaiknya jangan.
Tak perlulah kita terlalu ikut campur dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pesantren tempat anak kita belajar, karena yang mereka lakukan hanya membuat anak kita menjadi pribadi yang lebih mandiri dan bertanggungjawab.
Soo...sekarang setelah membaca tulisan ini, jadi lebih tenang atau malah lebih menjadi-jadi nih Mams kangennya? enggak papa koq, nanti setelah liburan dan anak pulang kerumah, dan mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan baik pesantren dirumah barulah kita akan merasa bahagia dan bersyukur kalau kita menjadi Orangtua terpilih yang ikhlas berpisah sesaat dengan anak-anak demi masa depan mereka yang lebih baik.
Semangat dukung anak nyantri yah Mams....
Anak kakaku juga dipesantren, waktu awal mereka nangis-nangis aku emosi, "ngapain di sekolahin pesantren, salah sendiri". Hehehe maafkan, rupaya memang berat ya, tapi demi kebaikan apalagi lingkungan sekitar kakak ku tidak baik, banyak godaan bagi remaja.
ReplyDeleteaku sendiri malah punya pikiran kalo nanti anak2 mulai smu, bakal aku sekolahin asrama. belajar dr pengalaman, aku sendiri dr smu udh pisah ama ortu. adekku malah dr smp. kami disekolahin di sekolah asrama, tp bukan pesantren. mungkin krn udh biasa jauh ama ortu, buatku sih malah bikin mandiri. makanya pgn anak2ku jg gitu. biar terbiasa :).
ReplyDeletekalo diinget2pun, aku justru seneng luar biasa pas bisa pisah ama ortu :D. lebih excited krn mikirin pengalaman barunya itu :)
Memang berat ya melepas mereka jika selama ini dekat. Tapi insyaallah pesantren itu tempat yg tepat untuk anak-anak
ReplyDeleteWah Abang Ali mondok. Semoga jadi anak Sholeh ya Bang, bener banget ya Mbak..ketika anak mondok kita harus ikhlas melepas kita percayakan kepada pihak pesantren supaya batin juga tenang
ReplyDelete