" Mama Hasnah sudah dengar kabar? Lina anaknya Bu Joko kan mau nikah bulan depan " seorang Ibu menyapa saya yang kebetulan sedang menyapu halaman rumah.
" o iya..Alhamdulillah " saya selalu senang saat ada kabar perkawinan, karena terbayang makan prasmanan hehe..
" Iya.. katanya sekarang pengantennya diet lho, padahal dia gak gemuk, lha kemarin saya lihat sudah mulai agak kurusan, katanya pengen kayak artis Korea nanti pas jadi manten, sampek ga makan-makan katanya" Ibu pembawa kabar itu antusias menceritakan si calon pengantin yang sukses kurus berdiet.
Saya terdiam, terus terang agak merasa aneh dengan perkataan Ibu barusan, Lina tetangga saya ini sebentar lagi hendak melaksanakan pernikahan, tapi berdiet karena ingin kurus? c'mon..padahal si Lina ini bukan termasuk gadis gendut lho, tapi dia terobsesi ingin seperti artis-artis Korea yang kurus banget, semoga saja dia dietnya benar.
Tapi sebenarnya dia itu mau menikah atau mau ikut kontes kecantikan? memang sih gaun pernikahan akan terlihat bagus saat si pemakainya langsing, tapi kalau untuk itu harus mati-matian menurunkan berat badan sampai harus mengurangi asupan gizi yang masuk, sepertinya harus dipikir ulang.
Mungkin tetangga saya ini lupa tujuan pernikahan, salah satunya adalah agar meneruskan garis keturunan dan melahirkan anak-anak yang sehat serta berkualitas, apalagi setahu saya usianya juga sudah cukup untuk langsung mendapat momongan setelah menikah nanti.
Padahal untuk pasangan yang sudah menikah, apalagi yang sudah merasa mantap dengan usianya dan merasa ingin langsung punya momongan, sebaiknya harus langsung memikirkan bagaimana menyiapkan 1000 hari pertama untuk calon bayinya nanti.
Kapan itu fase yang disebut dengan 1000 hari pertama kehidupan? menurut Prof Dr. Endang L.Achadi saat acara Talkshow Kesehatan bersama Nutrisi Untuk Bangsa, komunitas edukasi kesehatan tentang nutrisi dan tumbuh kembang anak yang digagas oleh PT.Sari Husada ini mengatakan kalau 1000 hari pertama kehidupan seorang anak dimulai dari saat dalam kandungan, dengan hitungan :
- Kira-kira 270 hari selama dalam kandungan
- Kira-kira 730 hari atau 2 tahun pertama kehidupan.
Nah..kalau si Ibunya ini masih sibuk mengurangi asupan gizinya karena terobsesi ingin kurus saat jadi pengantin, dan tidak memiliki tabungan kandungan gizi yang baik menghadapi 1000 hari pertama kehidupan bayinya, dikhawatirkan semester awal kehamilannya si Ibu ini mengalami kurang gizi.
1000 hari pertama kehidupan ini menjadi sangat penting, karena fase ini nantinya akan berdampak pada kondisi kesehatan si anak seumur hidupnya, bahkan sebuah penelitian terhadap 15.000 laki-laki dan perempuan di Eropa yang lahir disekitaran tahun 1930, dan 3000 dintaranya sudah meninggal, separoh dari jumlah ini meninggal dengan serangan jantung yang sebagian besar diderita oleh orang yang memiliki berat badan lahir rendah, jadi bisa dikatakan anak yang lahir dengan bb kurang dari 3 kg lebih berpotensi sakit jantung.
Tidak hanya masalah jantung atau PTM ( Penyakit tidak Menular) saja sebenarnya yang menjadi kekuatiran kalau anak lahir dengan bb lahir rendah, tapi juga masalah lain seperti stunting.
Stunting atau tubuh pendek dari pada usianya, bayi yang dilahirkan dengan tinggi badan kurang dari 48 cm dikategorikan stunting, hal ini disebabkan karena buruknya asupan gizi sang Ibu saat mengandung, nah lho. .ga mau kan anak kita lahir stunting? Makanya harus benar-benar diperhatikan gizi saat kita hamil.
Stunting ini tidak hanya berdampak pada tinggi badan si anak saja lho.. Tapi juga pada kemampuan kognitif dan lemahnya daya tahan tubuh.
Setelah melewati fase kehamilan selanjutnya perlu diperhatikan juga kondisi anak di 2 tahun pertamanya, 6 bulan cukup mendapatkan ASI eksklusif berkualitas dan setelah 6 bulan mendapatkan MPASI yang bergizi tinggi, tercukupi zat gizi makro dan mikronya.
Kalau sudah membicarakan ini, artinya kita mau bicara masalah Gizi seimbang untuk anak usia 0-24 bulan, hadir juga Dr.Tirta Prawitasari Msc, SpGK dan Dr.dr.Yustina Anie Indriastuti Msc, SpGK di acara Talkshow Kesehatan ini yang mengedukasi para peserta dengan pengetahuan tentang gizi seimbang.
Stunting ini tidak hanya berdampak pada tinggi badan si anak saja lho.. Tapi juga pada kemampuan kognitif dan lemahnya daya tahan tubuh.
Sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi, seorang calon Ibu atau Ibu yang sedang mengandung tidak boleh kurus atau anemia karena kekurangan gizi, ingat pentingnya 1000 hari pertama kelahiran
Setelah melewati fase kehamilan selanjutnya perlu diperhatikan juga kondisi anak di 2 tahun pertamanya, 6 bulan cukup mendapatkan ASI eksklusif berkualitas dan setelah 6 bulan mendapatkan MPASI yang bergizi tinggi, tercukupi zat gizi makro dan mikronya.
Kalau sudah membicarakan ini, artinya kita mau bicara masalah Gizi seimbang untuk anak usia 0-24 bulan, hadir juga Dr.Tirta Prawitasari Msc, SpGK dan Dr.dr.Yustina Anie Indriastuti Msc, SpGK di acara Talkshow Kesehatan ini yang mengedukasi para peserta dengan pengetahuan tentang gizi seimbang.
Siapa yang pedoman makannya masih ngotot pakai 4 sehat 5 sempurna ? ngakuu...(ok..kita seangkatan 😅)
Ternyata pola makan itu sudah lama ditinggalkan, karena sudah tidak relevan lagi, 4 sehat yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah ditambah susu baru dibilang sempurna, lha kalau si anak alergi susu dan tidak bisa mengkonsumsinya, berarti pola makannya tidak pernah sempurna donk..
Kini pola makan lebih kearah gizi seimbang, yaitu susunan makanan sehari-hari yang mengandung jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan, aktifitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal, untuk mencegah gii kurang dan gizi lebih.
Ada 4 zat gizi penting yang ada dalam pola makan gizi seimbang ini, yaitu :
- Sumber energi : karbohidrat dan energi, ini didapat dalam makanan pokok seperti nasi, jagung, sagu.
- Sumber Zat Pembangun : protein ini ada dalam lauk pauk nabati maupun hewani seperti daging sapi, daging ayam, telur.
- Sumber Zat pengatur : vitamin dan mineral ini bisa diperoleh dari beragam sayur dan buah.
- Menjaga metabolisme : konsumsi air.
Dan khusus untuk Ibu menyusui harus menambah porsi makannya, tak perlu banyak-banyak, asalkan berkualitas, karena sebenarnya Ibu menyusi ini hanya memerlukan tambahan energi 180 - 400 kkal serta 20 gram ekstra protein, setara dengan 6 sendok nasi merah ditambah sepotong ayam.
Pola makan gizi seimbang ini juga harus diterapkan pada MPASI lho.. karena saat bayi sudah berusia 6 bulan sudah mulai membutuhkan berbagai zat gizi, dan ASI sudah mulai tidak bisa memenuhinya, seperti protein dan zat besi, jadi jangan terpatok anggapan kalau bayi memulai MPASI hanya perlu diberi pure satu jenis buah saja sampai 9 bulan.
Bayi usia 6 bulan sudah harus mulai diberi asupan yang beragam, kalau mau ngasih pure okelah, tapi jangan lama-lama, cukup 3-5 hari saja, selanjutnya bayi bisa diberi bubur saring dengan tambahan protein hewani (daging sapi, ayam) sebagai sumber protein.
Selain pola makan yang baik, saat pemberian MPASI merupakan waktu yang tepat ntuk mengenalkan bagaimana seharusnya manusia makan pada bayi, yaitu duduk tenang dan menyelesaikan kegiatan makannya sampai selesai, tanpa perlu disambi pekerjaan lain, ini isa diterapkan asal kita mau menerapkannya pada anak kita, seperti kata pepatah " Bisa karena Biasa"
Acara Talkshow Kesehatan kali ini digelar di Hotel Santika Taman Mini, banyak sekali keseruan yang dihaadirkan diacara ini, selain talkshow yang bermanfaat dengan narasumber yang kompeten, juga ada kegiatan Tes Kesehatan pada pagi harinya, sebelum acara berlangsung, sayang, saya datang terlambat, jadi enggak kebagian ikut tes kesehatan, semoga next saya kembali mendapat undangan acara-acara dari NUB, dan semoga bisa datang tepat waktu.
Dan tak hanya itu, diakhir acara juga ada demo masak yang ditampilkan oleh Chef Yuda Bustara dan salah satu pemenang kompetisi memasak bergizi yang diadakan oleh Danone.