Punya tiga anak berarti punya tiga pengalaman kesehatan berbeda tiap anak, itulah yang saya alami, dan artinya pula berkali-kali menjadi penerjemah kata-kata Dokter untuk saya sendiri.
Sebagai orang tua pastinya ingin yang terbaik donk buat anaknya, ingin anaknya
tumbuh sehat, pintar dan baik-baik saja, jadi saat menemukan hal yang agak
melenceng dari garis milestone tumbuh kebang anak bawaanya kuatir aja.. padahal
tiap anak memilki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang yang tidak sam a antara
anak yang satu dengan yang lain.
Saat punya anak pertama sekitar 15 tahun yang lalu, saya merasa si kecil
koq kayaknya lebih kurus dibandingkan anak lain, padahal asupan gizinya cukup,
akhirnya saya bertemu beberapa dokter anak dan diagnosa tiap dokter berbeda
dokter A mengatakan bisa jadi ada yang salah dengan pencernaanya, dan dokter B
bilang kalau anak cenderung kurus biasanya pernafasan atau paru-parunya
terdapat flek, nah bingung kan? *Hayati lelah.
Pun saat memiliki anak ketiga, keadaan seperti ini berulang lagi, apalagi kali
ini masalahnya lebih serius, Hania anak ketiga saya memilki keterlambatan
perkembangan, salah satunya terlambat bicara, dan ini membuat saya kembali
berpetualang dan bertemu dengan banyak dokter anak.
Dan ternyata saya tidak sendiri mengalami hal ini, kami para orang tua ini
bisa disebut “kolektor diagnosa” setidaknya itu yang saya tangkap saat
ngobrol-ngobrol dengan para orang tua disalah satu grup chating sesama Blogger,
para Mom Blogger yang notabene lebih aware tentang kesehatan anak ternyata juga
punya kekuatiran akan perekembangan anak-anaknya, apalagi kami juga sering
mendapat informasi kesehatan dari pihak-pihak yang kompeten saat mengikuti
berbagai event yang kami liput, makin jadi deh kekuatirannya, anakku sudah
sesuai enggak yah dengan umurnya? atau pertanyaan-pertanyaan lain yang
berhubungan dengan itu.
Semakin banyak tahu, semakin banyak kuatir, mungkin itu yang bisa saya
gambarkan, saat kita tahu kalau 1-1,5 tahun seharusnya sudah menguasai beberapa
suku kata, dan begitu saya tahu Hania di usianya sudah masuk tahun ke 3 belum
juga lancar berkata-kata maka kuatirlah saya, tapi untungnya orang yang banyak
tahu juga membuatnya lebih mudah menentukan langkah, setidaknya saya tahu harus
kemana saya berkonsultasi.
Dan bertemu dengan beberapa dokter bukan masalah gampang lho.. kembali
mengalami seperti anak pertama, dokter tumbuh kembang pertama yang saya temui
mengatakan kalau Hania mengalami pemendekan lidah, jadi seharusnya ada terapi
khusus, tapi itu hanya bisa dilakukan saat si anak masih di bawah satu tahun,
jadi dilakukan semacam bedah kecil di bawah lidah agar lidahnya bisa bergerak
bebas.
Lain dokter, lain diagnosa, setelah dokter pertama mengatakan kalau lidah
Hania pendek, artinya yang bermasalah adalah organ tubuh yang digunakan untuk
berbicara, naah.. dokter anak selanjutnya yang saya temui malah mencurigai
kalau ada yang tidak beres dengan struktur otak Hania, karena beberapa tahun
sebelumnya saya pernah mengalami keguguran akibat virus Rubella.
As a Mom atau Emak yang bingung apalagi ditambah informasi yang liar banget
dari berbagai sumber, manambah kebingungan saya.
Tapi saya sadar, kalau dokter boleh menegakkan diagnosa dan memberikan
saran, tapi kitalah Orang tuanya, yang 24 jam bersamanya, tahu betul bagaimana
perkembangannya, bukan berarti diagnosa-diagnosa itu tidak saya anggap, tapi
malah saya jadikan dasar bagaimana menangani Hania.
Saya menjalankan terapi wicara, juga melakukan massage untuk melancarkan
bicaranya, karena dokter anak yang pertama mengatakan bisa jadi keterlambatan
bicara Hania berasal dari kesalahan organ bicaranya, dan saya juga melakukan
cek darah di laboratorium untuk memastikan masih ada tidaknya virus yang
berbahaya pada tubuh Hania akibat keguguran saya dulu, sesuai anjuran dokter
anak yang juga saya temui.
Jadi begini.. dalam hal tumbuh kembang anak ini kita sebagai orang tua
dituntut agar lebih pintar dan tepat menentukan langkah tindakan untuk anak
kita, karena biasanya dokter hanya memberikan opsi pilihan atas apa yang harus
kita lakukan.
Yesss bener bgt jd kalau momblogger liputan itu sbrnya lg membekali diri yaa mbak... Pd akhirnya intuisi. Ibu yg menentukan kt mau apa atas diagnosis dokter
ReplyDeleteNah bener.. Instuisi Orang tua yang utama.
Deletesetuju. Semakin banyak kita tau, semakin banyak kuatir. Dan sebagai orang tua kita memang harus bisa memilah dan menentukan. Semangat terus ya, Mbak :)
ReplyDeleteMakasiih...
DeleteBener ya kak..punya 3 anak, pasti punya kekawatiran masing masing yak..Hebat kk bisa melewati semua ..
ReplyDeleteJaga kesehatan ya kak...:) GBU
Setuju. Saya sebagai ayah juga suka ikutan cemas. Apalagi segala kemungkinan bisa terjadi. Pada akhirnya menyerahkan urusan kepada Allah dan mengikuti intuisi ibu karena biasanya lebih tepat.
ReplyDelete