Kembali menjadi seorang Ibu (
lagi ) sepertinya selalu membawa
kebahagiaan tersendiri buat setiap perempuan .
Kembali merasakan hamil
Kembali merasakan jadi perempuan
yang dituruti segalanya dengan alasan ngidam
Kembali jadi “boleh” melakukan
hal-hal aneh dengan alasan ngidam juga
Kembali merasakan merawat dan
memandikan bayi mungil yang sembilan bulan lagi hadir.
Dan semua itu hanya perempuan yang bisa merasakan,
kebahagiaan yang tak terkira kalau boleh
saya bilang.
Dan itulah yang saya rasakan
waktu itu saat dokter menyatakan saya mengandung anak kedua, setelah anak
pertama saya Hasnah berusia 3 tahun 4 bulan.
Berbagai pelengkap kebahagiaan
sudah saya dan suami persiapkan mulai dari angan-angan jenis kelamin anak, nama
anak hingga dimana saya akan melahirkan, karena anak sebelumnya saya pulang kampung dan tinggal di Surabaya selama 6 bulan
untuk lahiran.
Namun lahiran kedua ini saya
berencana akan melahirkan di Bekasi saja, kota dimana kami tinggal, dan Ibu
Mertua juga sudah bersedia untuk menunggui saya, suami senang karena bakal
tidak ada acara bolak-balik Surabaya-Bekasi untuk bisa melihat istrinya yang
cantik dan anaknya yang lucu ini.
Kehamilan kedua ini saya lalui
sama seperti sebelumnya, selalu menjaga pola makan, istirahat cukup dan
menghindari stres, semua berjalan normal dan saya menikmatinya.
Tanpa terasa usia kehamilan saya
mulai masuk minggu ke 16 dan itu artinya sudah hampir 4 bulan ada janin yang
tumbuh dan berkembang didalam rahim saya, sampai di titik itu saya merasakan
luapan kegirangan setiap kali mengelus dan mencoba berinteraksi dengan si dedek
didalam sana, masa-masa ngidam masih terus berlanjut, dan sebenarnya lumayan
menyusahkan, apalagi terkadang saya mual dan muntah hebat disertai kaluar flek
darah dari daerah intim.
Flek darah..? ya, itu yang saya
rasakan diawal sebelum kiamat kecil buat saya dan suami.
Karena frekuensi keluarnya flek semakin sering, maski beberapa tetangga yang sudah memiliki banyak anak
mengatakan kalau terkadang orang hamil ada yang mengalaminya, dan itu normal,
tapi tetap saja saya kuatir.
Akhirnya saya inisiatif menemui
kembali dokter kandungan ditempat saya biasa periksa, meskipun saat itu
bukanlah jadwal saya harus kembali kontrol, tapi demi keamanan saya dan janin
yang saya kandung saya dan suami rela antri hari itu.
Dan akhirnya saya harus mendengar
kalimat perkalimat dari dokter dihadapan saya, yang sumpah.. saya sama sekali
tidak mau mendengarnya, setelah melewati serangkaian tes akhirnya diketahui
kalau janin didalam kandungan saya terserang virus Rubella, sekilas yang saya
tahu virus ini didapat saat kita intens bersentuhan dengan kucing, atau hewan
peliharaan berbulu.
Kembali saya telaah kebelakang
rasa-rasanya tdak ada yang salah dengan pola hidup saya, apalagi Dokter juga
mengatakan kalau virus rubella tidak melulu karena kesalahan kucing, karena
saya bahkan tak punya kucing.
Keputusan sulit harus saya ambil dan menerima resiko bayi lahir cacat, saya dan suami
seperti diujung jurang saat itu, tapi kami juga tidak tahu
bagaimana dampaknya virus itu ke bayi kami dan juga ketubuh saya.
Hampir dua minggu saya dan suami
benar-benar berada diposisi tersulit dari hidup kami, suami yang lebih mencoba
untuk tegar dan tetap membujuk saya untuk tetap mengkonsumsi makanan sehat dan
berpikir positif, dan menghindarkan saya dari kalimat yang mungkin saja bisa
terucap dari bibir saya..
“Ya Allah.. kenapa harus aku?”
Hingga pada akhirnya di satu
malam, 15 hari setelah diagnosa itu saya merasakan nyeri hebat diperut dan
darah keluar banyak sekali, suami langsung membawa saya ke Rumah Sakit, dan
saya langsung mendapat penanganan.
Allah pun menjawab teka-teki yang
diciptakanNYA sendiri, ternyata janin dalam kandungan saya keguguran karena
memang tidak berkembang dan tidak bisa dipertahankan, sedih.. pasti, saya
kembali merunut dan berharap tidak ada satupun do’a saya yang menginginkan
kematian bayi saya, dan semoga saja begitu.
Kami berdua sudah membuat garis
start untuk mencintai anak-anak kami bahkan saat mereka masih dalam angan-angan kami
dan kami tak pernah membuat garis finishnya meski mereka sudah tiada.
Dan dimalam itu juga saya
melakukan kiret atau pembersihan sisa janin didalam rahim, dalam keadaan dibius
total, saat sadar saya merasakan sedikit nyeri diperut, seperti orang yang
habis tertonjok rasanya, sehari kemudian Dokter memperbolehkan saya pulang dan
menyarankan kami kontrol satu minggu kemudian.
Di hari kontrol Dokter
menyarankan saya melakukan vaksinasi untuk mencegah virus rubella bila ingin
kembali hamil dan mendapatkan kehamilan yang sehat, meski ada beberapa pendapat
yang mengatakan kalau seseorang sudah pernah terserang virus rubella maka akan
kebal dan tidak akan terserang lagi, tapi saya pilih rekomendasi Dokter untuk mendapatkan vaksin anti rubella.
Ternyata saya baru tahu kalau virus jenis ini bisa dicegah dengan vaksin yang diberikan saat kita merencanakan kehamilan, karena dampak yang ditimbulkan si rubella ini sangat serius bila terkena Ibu hamil, sang anak akan lahir cacat seperti tuli, katarak atau kerusakan otak.
Ternyata saya baru tahu kalau virus jenis ini bisa dicegah dengan vaksin yang diberikan saat kita merencanakan kehamilan, karena dampak yang ditimbulkan si rubella ini sangat serius bila terkena Ibu hamil, sang anak akan lahir cacat seperti tuli, katarak atau kerusakan otak.
Alhamdulillah setelah 3 bulan
kemudian saya kembali hamil anak ketiga , saya dan suami seperti kembali mendapat anugerah karena kami tidak mau
menyebutnya pengganti, Allah tak pernah mengambil apapun dari kami karena itu
memang milikNYA.
Dan setelah sebelas tahun lebih
kenangan akan virus itu masih tetap saya dan suami simpan, kami bahkan sudah
memberi nama bayi yang tidak bertahan itu, yaitu Husain bila laki-laki dan
Hanuna bila perempuan, semoga Husain atau Hanuna menjadi penyambut kami dipintu
sorga nanti.
"...semoga Husain atau Hanuna menjadi penyambut kami dipintu sorga nanti."
ReplyDeleteamin.. mbak kalau vaksin buat TORCH itu bertahan berapa lama ya? Tiap berapa periode harus diberi vaksin itu? atau cukup sekali seumur hidup?
Yang saya tahu sekali terkena atau tervaksin rubella biasanya tidak akan kena lagi.
Deleteamin Mba.. saya baca ini beneran nangis loh.. apapun itu selalu yang terbaik untuk umatNya ya Mba :)
ReplyDeleteMakanya saya enggak pernah nulis yang sedih-sedih..
Deletehiikss...ada kisah ini toh..baru tahu..inshaallah karena mampu maka diberi cobaan ya mbak lub..
ReplyDeleteAda eda... dan aku simpen ga mau inget-inget.
Deletesmangat mba lub, semoga selalu diberi kesehatan untuk anak anak dirumah dan jika hamil lagi. aamiin
ReplyDeleteAda. win.. makanya kalau kamu lagi hamil kayak sekarang nih.. harus hati-hati..hehehe
Deletehiks...
ReplyDeletetetep cemunguut maak :D
Makasiiih...
DeleteMakasiiih...
DeleteUjian memang tidak pernah disangka ya Mba. Tapi Allah segera kasih penggantinya. Sehat terus Mba, semangat...
ReplyDeleteSelalu sedih kalo mendengar cerita keguguran atau bayi meninggal. Mg Husain dan Hanuna menjadi tabungan Mbak Lub dan suami di surga ya. Sehat selalu :)
ReplyDeleteSegala yang pedih dan pahit telah digantikan oleh Allah Swt -- kehamilan kedua hilang terganti oleh lahirnya buah hati yang ketiga dan keempat, kan? Alhamdulillah, Allah memang Maha Pengasih dan Penyayang.
ReplyDelete