“ Ma.. masa temenku kalau pulang sekolah langsung main ke
warnet ”
“Ma.. si Andi itu kan pacarnya Nova”
Banyak sekali informasi yang saya
dapat dari anak kedua saya Ali, 10 tahun. Kalau biasanya anak seumurannya punya
masalah mengungkapkan perasaanya atau apa yang ada di pikannya kepada orang
tuanya, tidak dengan Ali, saya bahkan kadang mengobrol hal-hal yang lumayan
sensitif bersamanya.
Sifat Ali sebenarnya cukup
tertutup dia hampir tak mau berbicara dengan orang yang dia anggap “orang tidak nyaman”, dan saya beruntung ternyata
saya bukan termasuk “orang tidak nyaman” versi dia. Ali bebas bercerita apapun
tentang apa yang ada dihatinya, keinginannya atau mimpi-mimpinya.
Tapi teteup yah.. sebagai orang
tua dari anak menjelang abege atau istilahnya preteen yang udah ngintip-ngintip
masa pubernya berbagai macam ketakutan seperti memanggil-manggil, dan saya
yakin mungkin juga banyak Emak diluaran sana yang mempunyai masalah seperti
saya, kekuatiran muncul setiap saat anakku ngerokok enggak yah?.. anakku di warnet
nonton BF enggak ya?.. anakku jadi korban bulliying ga ya? dan masih banyak
kecemasan yang sering bikin pusing, apalagi kalau enggak sengaja nonton atau
baca berita yang lumayan nambah kadar was-was kita.
Meski sebagian besar waktu Ali
dihabiskan di sekolah dari jam 07.00- 15.00 , dan menjelang maghrib sampai
Isya’ dihabiskan di pesantren dekat rumah, tapi di Sabtu- Minggu dia free..
bukannya mau jadi Ibu yang overprotected sih sebenarnya, tapi yah namanya hati siapa yang tahu.
Anak seusia Ali, 10 menjelang 11
tahun merupakan masa kritis sebenarnya, apalagi perkembangan teknologi
informasi yang seperti sekarang yang membuat banyak anak matang sebelum
waktunya, emosinya kadang meledak-ledak atau bahkan sama sekali tak mau
dikeluarkan, saya jadi ingat kasus beberapa anak yang menjadi korban sodomi,
mereka rata-rata seusia Ali, kasus terbongkar biasanya saat sudah banyak jatuh
korban dan berlangsung lama, mereka takut menceritakan kejadian yang menimpanya
bisa karena takut atau menganggap banyak “orang tidak nyaman” di sekelilingnya.
Bukan bermaksud sok tahu tapi
saya ingin berbagi tips agar tidak menjadi
“orang tidak nyaman” dimata anak, terutama si jagoan yang menjelang
puber ini, ini hanya berdasar pengalaman pribadi saja..
- Jangan bersikap berlebihan saat ngobrol dan menemukan fakta yang mengejutkan kita sebagai orang tua, sikap yang berlebihan akan membuat mereka menghentikan komunikasi dengan kita, seperti saat saya mendengar dari Ali kalau salah satu temannya bawa komik porno, saya tak lantas heboh “ Ya.. Allah, koq bisa sih.. trus kamu lihat ya? Lihat..?” dan teriak-teriak ala sinetron, saya jawab santai aja.. padahal hati berkecamuk ciie berkecamuk, dengan sikap seperti itu saya dapat lebih banyak keterangan, dan akhirnya saya tahu apa yang mesti diperbuat.
- Saat anak lagi tak mau bicara tak usah dipaksakan, beri mereka ruang, ilmu ini saya dapat dari seorang Psikolog di suatu event sharing, pernah suatu hari Ali pulang kerumah mukanya dilipat udah kayak uang seribuan kembalian dari Abang tukang sayur, kusut banget, dia Cuma diam dan duduk di sofa, hati sebenernya penasaran banget, tapi saya tahan kekepoan ini, dan bilang ke dia “ Li.. Mama siapin makanan di meja makan yah.. kalau mau ngobrol, Mama di dapur” dengan begitu dia akan merasa kalau Mamanya tidak terlalu mencampuri urusannya tapi selalu ada buat dia, dan itu biasanya efektif lho buat ngekepoin anak.
- Jadi Parent dan Partner sekaligus, menjadi “orang tidak nyaman” buat si anak biasanya terjadi saat orang tua merasa kalau anak itu adalah miliknya dan dia merasa tahu semuanya tentang anaknya, dan itu membuat anak enggan mengungkapkan perasaanya, , kita tak harus berlagak jadi temannya dan ikut-ikutan bahasa mereka, itu malah membuat kita kehilangan nilai kita sebagai orang tua, tapi berusaha menjadi teman baik si anak akan membuat mereka nyaman curhat ke kita, orang tuanya.
- Jangan bocorkan rahasia mereka, ini penting lho.. anak akan sangat tersiksa kalau mereka mendengarkan kita membicarakan apa yang sudah dia ceritakan ke kita, itu seperti sebuah pengkhianatan, lebih baik langsung bertindak bila anak menceritakan suatu hal yang memang perlu diambil tindakan, seperti saat dia bercerita tentang bulliying atau tindakan tak senonoh yang diterimanya.
Semua tips diatas murni berdasar
pengalaman pribadi saya, kalau ada teman-teman yang mempunyai tips yang lebih
efektif untuk membangun komunikasi dengan si preteen ini silahkan dibagi,
apalagi yang sudah lulus dari ujian menhadapi si anak ini, karena menjadi orang
tua artinya belajar tanpa akhir.